Oka Art Project (OAP) adalah sebuah organisasi seni berbasis proyek dimulai sejak tahun 2011, suatu proyek seni yang digagas atas prakarsa Oka Astawa sebagai ruang penciptaan dan presentasi proses kreatif, yang akan dan telah dijalani oleh perupa muda I Gede Oka Astawa, yang memfokuskan pada membangun jaringan komunikasi kreatif antara seniman muda dan publik seninya. OAP berkolaborasi dengan lembaga dan institusi seni lainnya untuk menyelenggarakan berbagai macam pameran, publikasi dan forum diskusi. semua kegiatan yang dilakukan guna mempromosikan dan meng-komunikasikan kegiatan dan berbagai macam kecenderungan yang terjadi dalam proses kesenimanan Oka Astawa. Pada awalnya diciptakan sebagai sebuah wadah penyampaian gagasan pribadi Oka Astawa dan telah berkerja sama dengan pelaku seni secara perorangan maupun organisasi-organisasi seni dalam merancang dan menyelenggarakan berbagai macam kegiatan kesenian. Pada
tahun 2011 Oka Art Project dimulai dengan pembuatan stensilan diberbagai sudut
kota Yogyakata. Pada tahun 2011 Oka Art Project berkerjasama dengan komunitas seni seperti komunitas Tangan Reget (TR), Titik Lenyap (TL), dan Tempat Kencink (TK) untuk membuat karya kolaborasi dalam pameran tunggal "Menjawab Kegelisahan" Oka Astwa. Pada tahun 2012 OAP berkerjasama dengan komunitas Tempat Kencink membuat pameran kolaborasi “Hydro Pirates” di Galang Kangin Art Space Bali yang diikuti oleh
anggota komunitas Tempat Kencink dan perupa muda Bali. Ditahun 2012 berkerjasama dengan kurator muda Hendra Himawan mendirikan forum diskusi WASH (Weekly Art Sharing) Yogyakarta, WASH adalah satu forum diskusi, ruang presentasi proses kreatif perupa muda Yogyakarta. Kegiatan yang dilakukan oleh WASH adalah pameran mandiri, presentasi karya dan diskusi, dengan mengambil tempat di studio-studio seniman, ruang-ruang kumpul komunitas, kampus-kampus sebagai ruang gerak, untuk mendekatkan proses penciptaan karya seni dengan audiens dan publik seni yang lebih luas. WASH berorientasi kepada pendokumentasian proses kreatif, mengembangkan ruang-ruang diskusi dan proses penciptaan karya baru, serta pembangunan jaringan kerja kesenian atara perupa muda Yogyakarta. Ditahun 2014 Oka Art Project dengan sangat antusias kembali meluncurkan inisiatif baru yang disebut I+DIALOG+I, sebuah proyek seni yang digagas dalam rangka pameran Tunggal Oka Astawa pada bulan maret 2014 di Taman Budaya Yogyakarta, adapun acara pendukungnya antara lain: -Diskusi Seni dan pemutaran video dokumenter wawancara Oka Astawa
dengan seniman Made Wianta, Pande Gede Supada, dan Nyoman Erawan di UPT Galery
ISI Yogyakarta. -Diskusi Seni
“Jejaring Komunitas” bersama Komunitas Kukomikan, Tangan Reget, Giginyala, dan Perupa Indonesia Timur di Kersan Art Studio Yogyakarta.
-Pameran Instalasi dan performing
art kolaborasi dengan komunitas-komunitas seni Yogyakarta.
-Diskusi Seni “Ketika Orang Bali Merantau”, pembicara Entang Wiharso, Gede Arya Sucitra. S.Sn. M.A. dan Gede Oka Astawa
Kegiatan yang dilakukan oleh Oka Art Project dikonstribusikan kepada berbagai macam bentuk kegiatan seni yang dilakukan I Gede Oka Astawa dan membuka diri kepada berbagai pihak untuk berkerja sama.
Salam Hangat
I Gede Oka Astawa
I+dialog+I : ‘ apa dan bagai mana seni rupa saya’!
Setiap
seniman mempunyai tarikan tersendiri dengan lingkungannya. Sebagai bagian dari
masyarakat dengan akar tradisi yang ketat, Oka Astawa tidak dapat melepaskan
diri dari ikatan-ikatan norma yang telah dibebankan sejak lahir. Pergulatannya
sebagai seniman muda dalam ruang kultural masyarakat asal, menuntunnya pada dua
kutub persoalan : antara ‘subjektivitas diri’ dan ‘tuntutan adat’. Tarik
menarik keduanya kemudian membawanya dalam persoalan bagaimana menjadi ‘seniman
hari ini’.Ketika persoalan sikap mental yang menjadi landasan lahirnya idealism
seniman dihadap-hadapkan pada tuntutan sebagai anak tunggal yang harus kembali
kedaerah asal untuk menunaikan kewajiban adat.
Pergulatan
inilah yang kemudian membawa pemikiran Oka untuk mengkaji apa dan bagaimana
sikap mental dari seniman itu seharusnya diasah dan diperjuangkan. Ini memang
pertanyaan yang bisa jadi sangat subjektif, namun apa yang ditawarkan oleh Oka
sesungguhnya menguji para penatap tentang seberapa penting ideologi yang
dimiliki oleh seniman.
Andaikata
wacana seni yang bergulir menyatakan bahwa tidak ada karya seni yang tidak
politis, dalam arti- ia merupakan bagian dari sistem wacana yang lebih besar,
bersifat responsive (kausalitas) dan menjadi satu tawaran perspektif dari
sebuah fenomena, dan mempunyai tujuan tertentu, lantas apakah kemudian kita
abai dengan ideologi yang melatar belakangi lahirnya ‘seni’ itutadi?
Tentu setiap
karya seni tidak semata-mata tercipta karena komposisi desain elementer semata,
namun ada nilai-nilai yang diperjuangkan didalamnya.Kontekstualitas menjadi
kanon utama dalam seni rupa kontemporer hari ini.Setiap seniman menghadirkan
konsep kekaryaannya sebagai bagian dari keberpihakan dirinya atas fenomena yang
ada.Setiap bahasa visual yang tercipta, setiap aktivitas seni muncul tentu
bukan tanpa substansi ideologi, tersemat nyata ataupun samar-samar, inilah
sejatinya yang diperjuangkan oleh setiap seniman, jauh melampaui eksistensi
atau keterbutuhan materi.
Hal inilah
yang setidaknya menjadi lontaran dialog yang ingin sampaikan oleh Oka Astawa
melalui aktivitas seninya : OKA ART PROJECT 2014.
Mencari ‘diri’ sekiranya adalah kata kunci yang dapat menuntun setiap
individu yang terlibat dalam project ini, untuk terus bertanya pada diri,
melakukan otokritik dan mungkin koreksi atas definisi ‘ apa dan bagaimana seni
rupa saya’!
Hendra
Himawan
Kurator